Penduduk, Masyarakat, Kebudayaan Bab II

NAMA : Rahmat Septiansyah
NPM : 15110579
KELAS : 1ka26


Mahasiswa dapat menjelaskan tentang permasalahan penduduk

Tujuan Instruksional Umum :
Mahasiswa dapat memahami dan menghayati berbagai kenyataan yang diwujudkan oleh pertumbuhan penduduk yang cepat ,Mengkaji pengaruh pertumbuhan penduduk terhadap perkembangan sosial, Mengkaji hubungan antar masalah penduduk dengan perkembangan kebudayaan
Tujuan Instruksional Khusus :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian penduduk
2. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian masyarakat
3. Mahasiswa dapat menjelaskan pegnertian kebudayaan
4. Mahasiswa dapat menjelaskan keterkaitan antara penduduk, masyarakat dan kebudayaan
5. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang permasalahan penduduk

6. Mahasiswa dapat menulliskan rumusan angka kelahiran

7. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian angka kelahiran

8. Mahasiswa dapat menjelaskan dinamika penduduk
9. Mahasiswa dapat menyebutkan tiga pyramid penduduk
10. Mahasiswa dapat menjelaskan pyramid penduduk muda, pyramid penduduk tua dan pyramid penduduk stasioner
11. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang persebaran penduduk
12. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian rasio ketergantungan
13. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kebudayaan
14. Mahasiswa dapat menjelaskan 7 unsur kebudayaan
15. Mahasiswa dapat menjelaskan wujud kebudayaan
16. dapat menerangkan pertumbuhan dan perkembangan kebudayaan
17. Mahasiswa dapat menjelaskan 4 macam norma menurut kekuatan pengikatnya
18. Mahasiswa dapat memberikan contoh norma-norma yang ada di masyarakat
19. Mahasiswa dapat menjelaskan 8 pranata sosial yang ada di masyarakat

Penduduk dan permasalahan lingkungan

Pertumbuhan penduduk yang cepat disebabkan karena meningkatnya kehidupan sosial ekonomi masyarakat dan semakin berkembangnya sarana kesehatan sehingga mengurangi angka kematian. Jumlah penduduk dunia dari 2 milyar jiwa (1930) menjadi 3 milyar (1960), 4 milyar jiwa (1975), dan 6 milyar jiwa (2000). Dengan memperhatikan perkembangan penduduk ini, banyak para ahli berpendapat bahwa batas maksimal jumlah penduduk yang dapat ditampung bumi adalah 35 milyar, dan ini diduga dapat tercapai di abad kedua puluh satu.

Hal ini memprihatinkan karena pertumbuhan penduduk akan berakibat pada banyak aspek kehidupan, pendidikan, ketenaga-kerjaan, dan lingkungan hidup. Semakin banyak penghuni planet bumi, semakin banyak pula bahan makanan, air, energi, dan papan, yang dibutuhkan oleh manusia. Ini berarti banyak pula tanah yang harus diolah, pemakaian pupuk peptisida, makin merosotnya kualitas air, harus membangun proyek-proyek pembangkit tenaga listrik, dan pemompaan sumur-sumur minyak.

Akibatnya semakin merosotnya erosi tanah, polusi air, udara, dan tanah. Dengan demikian jelas bahwa yang terjadi adalah kapasitas produksi bahan makan merosot, masalah-masalah kesehatan semakin kompleks akibat dari polusi dan sanitasi yang buruk, berkurangnya habitat sehingga menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati dan menurunnya kualitas hidup manusia. Pemukiman yang paling umum adalah di pedesaan, namun karena di pedesaan mendapatkan pekerjaan sulit, lahan warisan makin lama makin terbagi, dan lahan makin tidak subur. Sementara di kota tersedia kesempatan kerja yang lebih besar, tersedia pelayanan pendidikan dan pelayanan umum yang lebih baik, semua ini mendorong banyak orang untuk pindah ke kota.

Bertambahnya penduduk di perkotaan sebagai akibat urbanisasi mengkibatkan memburuknya lingkungan hidup di daerah perkotaan sebagai akibat kepadatan penduduk. Kota, biasanya mempunyai pusat lembaga-lembaga pendidikan, menyediakan lapangan kerja baru, merangsang inovasi, merupakan pusat kebudayaan, dan menyediakan peluang ekonomi lebih besar. Akan tetapi penduduk kota sebenarnya merupakan pemakai sumber daya alam yang paling rakus. Walaupun perencanaannya sudah baik, namun perluasan kota sering mengorbankan lahan-lahan subur. Kota memerlukan air, energi, bahan pangan, dan bahan mentah dalam jumlah sangat besar. Kota juga menimbulkan polusi yang mengotori udara, air, dan tanah sampai jauh melewati batas.

Kebudayaan akan muncul sejalan dengan tersedianya sumber daya alam yang ada di kawasan tersebut. Pemilikan akan tanah yang subur, air yang melimpah, mineral, kekayaan hutan, minyak, dan sebagainya mempengaruhi budaya masing-masing kawasan. Pada saat terjadi kemakmuran maka akan terjadi pula peningkatan eksploitasi terhadap sumber-sumber bahan mentah tersebut. Semakin besar jumlah penduduk semakin meningkat pula pengeksploitasian terhadap sumber daya alam yang ada. Permintaan akan melampui penawaran sehingga menyebabkan sumber-sumber alam tidak mampu memenuhi kebutuhan penduduk

Keadaan ini telah menyebabkan terjadinya masalah-masalah yang diakibatkan oleh jumlah penduduk, misalnya masalah sosial, krisis ekonomi, kelaparan, migrasi, sampai terjadi konflik. Kemajuan teknologi transportasi akan berdampak terhadap pemakaian kendaraan memakai bahan bakar bensin yang bereaksi dalam pancaran surya menjadi kabut oksidasi berbau menyengat yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan merusak tumbuhan. Selama timbal masih ditambahkan ke bahan bakar minyak, bahaya terhadap kesehatan semakin besar. Rendahnya mutu kehidupan di daerah pedesaan dan makin sempitnya tanah yang tersedia untuk pertanian, telah menekan sebagian penduduk pedesaan untuk mencari tanah-tanah baru dengan jalan membuka hutan dan merusak sumber daya alam yang sangat berharga tersebut. Sistem perladangan liar yang terjadi di luar Jawa telah merusak sumber daya hutan, air, dan mengganggu keseimbangan ekologi yang pada akhirnya akan merusak lingkungan hidup.

Dampak manusia terhadap bumi bergantung pada banyaknya manusia maupun banyaknya sumber daya alam yang digunakan oleh setiap orang. Dampak maksimum yang dapat ditanggung oleh planet ini atau ekosistem tertentu atau disebut kapasitas daya dukung. Untuk kepentingan manusia kapasitas daya dukung ini dapat ditingkatkan dengan teknologi. Tetapi biasanya penerapan teknologi ini akan menimbulkan kerugian, yaitu berkurangnya keanekaragaman hayati atau sistem pelayanan ekologi. Jadi bagaimanapun juga kapasitas bumi bukannya dapat dikembangkan tanpa batas. Pada akhirnya pengembangan itu akan dibatasi oleh kapasitas system untuk memperbahaui diri atau untuk mengabsorpsi limbah dalam tingkat aman.

(SUMBER)

* Studi Kasus:

Pertumbuhan Penduduk: Ancaman Terbesar Masalah Lingkungan

Populasi manusia adalah ancaman terbesar dari masalah lingkungan hidup di Indonesia dan bahkan dunia. Setiap orang memerlukan energi, lahan dan sumber daya yang besar untuk bertahan hidup. Kalau populasi bisa bertahan pada taraf yang ideal, maka keseimbangan antara lingkungan dan regenerasi populasi dapat tercapai. Tetapi kenyataannya adalah populasi bertumbuh lebih cepat dari kemampuan bumi dan lingkungan kita untuk memperbaiki sumber daya yang ada sehingga pada akhirnya kemampuan bumi akan terlampaui dan berimbas pada kualitas hidup manusia yang rendah.

Antara 1960 dan 1999, populasi bumi berlipat ganda dari 3 milyar menjadi 6 milyar orang. Pada tahun 2000 populasi sudah menjadi 6.1 milyar. PBB memprediksi bahwa populasi dunia pada tahun 2050 akan mencapai antara 7.9 milyar sampai 10.9 milyar, tergantung ada apa yang kita lakukan sekarang. Dapatkah anda bayangkan berapa banyak bahan pangan, lahan untuk pertanian, lahan untuk perumahan, dan barang konsumsi lainnya yang dibutuhkan oleh penduduk yang begitu banyak?

Dengan tingginya laju pertumbuhan populasi, maka jumlah kebutuhan makanan pun meningkat padahal lahan yang ada sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, maka hutan pun mulai dibabat habis untuk menambah jumlah lahan pertanian yang ujungnya juga makanan untuk manusia. Konversi hutan menjadi tanah pertanian bisa menyebabkan erosi. Selain itu bahan kimia yang dipakai sebagai pupuk juga menurunkan tingkat kesuburan tanah. Dengan adanya pembabatan hutan dan erosi, maka kemampuan tanah untuk menyerap air pun berkurang sehingga menambah resiko dan tingkat bahaya banjir.

Perkembangan urbanisasi di Indonesia perlu dicermati karena dengan adanya urbanisasi ini, kecepatan pertumbuhan perkotaan dan pedesaan menjadi semakin tinggi. Pada tahun 1990, persentase penduduk perkotaan baru mencapai 31 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun 2000 angka tersebut berubah menjadi 42 persen. Diperkirakan pada tahun 2025 keadaan akan terbalik dimana 57 persen penduduk adalah perkotaan, dan 43 persen sisanya adalah rakyat yang tinggal di pedesaan. Dengan adanya sentralisasi pertumbuhan dan penduduk, maka polusi pun semakin terkonsentrasi di kota-kota besar sehingga udara pun semakin kotor dan tidak layak.

Kota-kota besar terutama Jakarta adalah sasaran dari pencari kerja dari pedesaan dimana dengan adanya modernisasi teknologi, rakyat pedesaan selalu dibombardir dengan kehidupan serba wah yang ada di kota besar sehingga semakin mendorong mereka meninggalkan kampungnya. Secara statistik, pada tahun 1961 Jakarta berpenduduk 2,9 juta jiwa dan melonjak menjadi 4,55 juta jiwa 10 tahun kemudian. Pada tahun 1980 bertambah menjadi 6,50 juta jiwa dan melonjak lagi menjadi 8,22 juta jiwa pada tahun 1990. Yang menarik, dalam 10 tahun antara 1990-2000 lalu, penduduk Jakarta hanya bertambah 125.373 jiwa sehingga menjadi 8,38 juta jiwa. Data tahun 2007 menyebutkan Jakarta memiliki jumlah penduduk 8,6 juta jiwa, tetapi diperkirakan rata-rata penduduk yang pergi ke Jakarta di siang hari adalah 6 hingga 7 juta orang atau hampir mendekati jumlah total penduduk Jakarta. Hal ini juga disebabkan karena lahan perumahan yang semakin sempit dan mahal di Jakarta sehingga banyak orang, walaupun bekerja di Jakarta, tinggal di daerah Jabotabek yang mengharuskan mereka menjadi komuter.

Pada akhirnya, pertumbuhan populasi yang tinggi akan mengakibatkan lingkaran setan yang tidak pernah habis. Populasi tinggi yang tidak dibarengi dengan lahan pangan dan energi yang cukup akan mengakibatkan ketidakseimbangan antara supply dan demand yang bisa menyebabkan harga menjadi mahal sehingga seperti yang sedang terjadi sekarang, inflasi semakin tinggi, harga bahan makanan semakin tinggi sehingga kemiskinan pun semakin banyak. Semakin menurunnya konsumsi masyarakat akan menyebabkan perusahaan merugi dan mem-PHK karyawannya sebagai langkah efisiensi, sehingga semakin banyak lagi kemiskinan.

Jadi, kita mudah saja bilang, kapan negara kita bisa swasembada? Apa bisa kalau masih mau punya banyak anak? Bagaimana dengan masa depan anak cucu kita kalau lahan sudah tidak tersedia, tanah rusak akibat bahan kimia, air tanah tercemar dan bahkan habis sehingga tidak bisa disedot lagi? Bagaimana kita mau menghemat makanan dan air kalau populasi terus berkembang gila-gilaan?

Populasi seperti hal yang besar dan politis yang diomongkan banyak orang. Tetapi hal ini juga merupakan hal yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Seperti yang telah kita lakukan dahulu dan berhasil, kita bisa Ikut program Keluarga Berencana (KB) atau paling tidak memiliki rencana KB sebagai komposisi keluarga yang ideal. Kalau tidak mau pusing soal KB, paling tidak pakai kondom dan jika anda malu untuk beli kondom di tempat publik maka sekarang sudah bisa beli lewat internet melalui kondomku.com sehingga tidak perlu malu lagi untuk membeli di toko.

Krisis pangan sudah dimulai di seluruh dunia. Harga semakin melejit dan pada akhirnya bukan karena kita tidak mampu membeli makanan, tetapi apakah makanan itu bisa tersedia. Kalau bukan kita yang bertindak dari sekarang, masa depan anak dan cucu kita bisa benar-benar hancur sehingga kita yang berpesta pora pada saat ini baru akan merasakan akibatnya nanti.

(SUMBER)

OPINI:

Menurut saya masalah penduduk yang sekarang di landa oleh bangsa kita adalah suatu masalah yang amat sangat serius.. bgaimana tidak?? sekarang banyak pendatang yang dari kampung pindah ke ibu kota untuk menjajal kehidupan yang amat sangat berat dan keras, bila tidak kuat untuk menjalani nya maka akan menjadi gembel.. nah untuk kali ini saya setuju dengan program pemerintah untuk merazia setiap pendatang yang datang, dalam operasi yustisi yang sedang berjalan untuk memberantas para pendatang yang tidak membawa KTP untuk segera dipulangkan agar hidupnya di ibu kota tidak murat-marit..


MAHASISWA DAPAT MENULISKAN RUMUSAN ANGKA KELAHIRAN

Jumlah kelahiran dan jumlah penduduk pada pertengahan tahun di suatu wilayah. Jika tidak dapat diketahui data mengenai jumlah penduduk pada pertengahan tahun maka dapat digunakan data jumlah penduduk pada tahun tertentu.

Data tentang jumlah kelahiran dan jumlah penduduk dapat diperoleh dari hasil sensus penduduk, registrasi vital, atau survei-survei tentang fertilitas. Dari Susenas, data tentang jumlah penduduk dapat diperoleh dari pertanyaan 3 dalam kuesioner pokok pada Seksi II Keterangan Rumahtangga. Data tentang jumlah kelahiran hidup dapat diestimasi secara tidak langsung dari data jumlah anak lahir hidup dengan menggunakan piranti lunak mortpack-lite.

Contoh

Seperti dijelaskan dalam bagian Jumlah Kelahiran, jumlah kelahiran berdasarkan Susenas 2004 dapat diestimasi secara tidak langsung dengan program mortpack-lite dengan menggunakan data anak lahir hidup (children ever born). Hasil estimasi menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 4.415.122 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk sebesar 217.072.346 maka: clip_image005.gif


Cara Menghitung
Angka Kelahiran Kasar (CBR) dihitung dengan membagi jumlah kelahiran pada tahun tertentu (B) dengan jumlah penduduk pada pertengahan tahun yang sama (P).
(LINK)


Studi Kasus 2 :
Tahun 2000 ada 122.670 kelahiran & jumlah penduduk pertengahan tahun 2000 = 4.264.490 orang
B
CBR = ---- x k
P
122.670
= --------------- x 1000 = 28,8 per 1000 pddk
4.264.490

Ukuran ini sangat kasar krn membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk tengah tahun pada hal yg mempunyai risiko melahirkan hanya perempuan usia 15-49 tahun.
Angka Kelahiran Umum (General Fertility Rate = GFR)
Banyaknya kelahiran hidup pada suatu periode (tahunan) per 1000 penduduk perempuan usia 15-49 tahun pertengahan tahun periode/tahun yg sama.
Rumus
B
GFR = ---------- x k
Pf 15-49
keterangan:
B = jumlah kelahiran selama suatu periode (1 tahun)
Pf 15-49 = jumlah perempuan 15-49 th pertengahan tahun
k = konstanta (1000)

Studi Kasus 3 :
Tahun 2000 ada 122.670 kelahiran dan jumlah penduduk perempuan pertengahan tahun 2000 = 1.006.860 jiwa
B
GFR = ---------- x k
Pf 15-49

122.670
GFR = --------------- x 1000 = 121,8 per 1000 perempuan 15-49 tahun
1.006.860

Ukuran ini masih bersifat umum krn blm tidak mempertimbangkan kelompok umur perempuan padahal tedapat variasi kemampuan melahirkan pada kelompok umur perempuan usia 15-49 tahun.

Angka Kelahiran menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR)
Banyaknya kelahiran hidup pada perempuan kelompok umur ttt pada suatu periode (tahun) per 1000 penduduk perempuan kelompok umur yg sama pada pertengahan tahun yg sama.

Cara menghitung
Membagi jumlah kelahiran yang terjadi pada perempuan pada kelompok umur tertentu (i), dengan jumlah perempuan kelompok umur tersebut kemudian dikalikan dengan konstanta k (1000).

Rumus
Bi
ASFRi = ------ x k (i = 1, 2, ….. 7)
Pf i

keterangan:
Bi = jumlah kelahiran pada perempuan kelompok umur i pd suatu tahun
i = 1 utk kelompok umur 15-19
i = 2 utk kelompok umur 20-24
i = 7 utk kelompok umur 45-49
Pf i = jumlah perempuan kelompok umur i pertengahan tahun

Studi Kasus 4:
  • Angka Kelahiran menurut Umur (Age Specific Fertility Rate = ASFR)

Umur Jumlah
perempuan Kelahiran
10
690
66.960
45-49
36
4.200
115.460
40-44
99
12.500
126.600
35-39
214
29.680
138.440
30-34
226
35.200
155.880
25-29
163
30.040
183.850
20-24
47
10.360
219.670
15-19
4=3/2x1000
3
2
1
ASFR
Jumlah
perempuan

Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate = TFR)
Rata-rata anak yang akan dimiliki oleh seorang perempuan pada akhir masa reproduksinya dengan ketentuan perempuan tsb mengikuti pola fertilitas pada saat TFR dihitung.
Rumus
TFR = 5 x (ASFR1+ASFR2+…. + ASFR7)

Studi Kasus 5 :
Dapat kita ambil dari tabel ASFR diatas

TFR = 5 x (ASFR1+ASFR2+…. + ASFR7)
TFR = 5 x (47+163+226+214+99+36+10)
= 5 x 795
= 3.975 per 1000 perempuan 15-49 tahun
= 3,975 per perempuan usia 15-49 tahun

(Sumber)

OPINI studi kasus 2-5:

dari sumber diatas dapat di ketahui bahwa angka kelahiran mendapatkan rumus dan hasil yang berbeda-beda. Mulai dari angka kelahiran kasar (CBR) yang membandingkan jumlah kelahiran dengan jumlah penduduk pada tengah tahun.Perhitungan CBR ini sederhana, mudah dihitung tetapi kasar. Perhitungan ini disebut perhitungan kasar karena yang menjadi pembagi adalah seluruh penduduk baik laki-laki maupun perempuan seluruh usia termasuk yang bukan perempuan usia reproduksi (15-49 tahun).

Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR) adalah angka yang menunjukkan banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun.

ASFR merupakan indikator kelahiran yang memperhitungkan perbedaan fertilitas dari perempuan yang tercipta untuk melahirkan yaitu perempuan usia subur dengan memperhatikan karakteristik kelompok umurnya. Secara alamiah perempuan untuk melahirkan berbeda menurut umur, dan menjadi steril setelah menopause atau usia 49 tahun. Dan secara sosial, banyak perempuan yang ingin membatasi punya anak (melahirkan) setelah umur 35 tahun.



PENGERTIAN ANGKA KELAHIRAN

Sesuatu data yang dapat dihitung, dimana dan kapan seseorang itu lahir. Angka Kelahiran juga dapat diartikan sebagai salah satu cara yang digunakan Badan Statistik untuk melakukan sensus penduduk juga. Karena dengan penghitungan angka kelahiran ini, dapat diketahui seberapa banyak penduduk di Indonesia. Angka kelahiran juga terbagi menjadi beberapa bagian, berdasarkan cara penghitungannya. Yaitu, angka kelahiran kasar (CBR) , angka kelahiran umum (GFR) , angka kelahiran menurut umur (ASFR) , dan angka kelahiran total (TFR). Dan masing-masing dari bagian itu memiliki fungsi yang berbeda.
(sumber)

* STUDI KASUS:

Angka kematian ibu di Indonesia menempati urutan pertama di Negara kawasan Asia Tenggara yaitu 307/100.000 kelahiran hidup sedangkan angka kematian bayi juga masih tinggi yaitu 35/1000 kelahiran hidup (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007). Sejalan dengan komitmen pemerintah dalam menunjang upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) no 4 dan 5 didalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi adalah pencapaian angka kematian ibu menjadi 112/100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menjadi 20/1000 kelahiran hidup.
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi, kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan. Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.

OPINI:
menurut saya bila angka kematian lebih banyak dari pada angka kelahiran maka populasi yang ada semakin berkurang, namun ada cara yang efektif bila ingin mengurangi angka kematian.. contoh nya: dalam persalinan, calon ibu dibantu oleh tenaga ahli agar proses melahirkan nya berjalan dengan lancar dan dapat mengurangi angka kematian..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar