Ada
dua jenis metode dalam menalar yaitu Deduktif dan Induktif.
A . PENALARAN DEDUKTIF
Penalaran deduktif adalah suatu
penalaran yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya
telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau
pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari
pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan
operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu
harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya
dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut,
konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.
Deduksi ialah proses pemikiran yang
berpijak pada pengetahuan yang lebih umum untuk menyimpulkan pengetahuan yang
lebih khusus. Bentuk standar dari penalaran deduktif adalah silogisme,
yaitu proses penalaran di mana dari dua proposisi (sebagai premis) ditarik
suatu proposisi baru (berupa konklusi).
Penarikan kesimpulan deduktif dibagi
menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak langsung.
1. Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan secara langsung adalah
penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis yaitu prosisi tempat
menarik simpulan.
Simpulan secara langsung:
1. Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh: Semua manusia mempunyai
rambut. (premis)
Sebagian yang mempunyai rambut
adalah manusia. (simpulan)
2. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh: Semua pistol adalah senjata
berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah
senjata tidak berbahaya. (simpulan)
3. Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh: Tidak seekor pun gajah
adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4. Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu-pun S adalah tak P.
(simpulan)
Tidak satu-pun tak P adalah S.
(simpulan)
Contoh: Semua kucing adalah berbulu.
(premis)
Tidak satu pun kucing adalah takberbulu. (simpulan)
Tidak satupun yang takberbulu adalah kucing. (simpulan)
2.
Penarikan simpulan secara tidak
langsung
Untuk penarikan simpulan secara
tidak langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut
akan menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang
bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis penalaran deduksi dengan
penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses
penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
-
Semua manusia akan mati
Ani adalah manusia
Jadi, Ani akan mati. (simpulan)
-
Semua manusia bijaksana
Semua dosen adalah manusia
Jadi, semua dosen bijaksana.
(simpulan)
2.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi
secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme premisnya dihilangkan atau
tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya :
-
Proses fotosintesis memerlukan sinar
matahari
Pada malam hari tidak ada sinar
matahari
Pada malam hari tidak mungkin ada
proses fotosintesis.
-
Semua ilmuwan adalah orang cerdas
Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi, Anto adalah orang cerdas.
Jadi, dengan demikian silogisme
dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan
silogisme.
Hukum-hukum Silogisme
a. Prinsip-prinsip Silogisme
kategoris mengenai term:
- Jumlah term tidak boleh kurang atau lebih dari tiga
- Term menengah tidak boleh terdapat dalam kesimpulan
- Term subyek dan term predikat dalam kesimpulan tidak boleh lebih luas daripada dalam premis.
- Luas term menengah sekurang-kurangnya satu kali universal.
b. Prinsip-prinsip silogisme
kategoris mengenai proposisi.
- Jika kedua premis afirmatif, maka kesimpulan harus afirmatif juga.
- Kedua premis tidak boleh sama-sama negatif.
- Jika salah satu premis negatif, kesimpulan harus negatif juga (mengikuti proposisi yang paling lemah)
- Salah satu premis harus universal, tidak boleh keduanya pertikular.
Bentuk Silogisme Menyimpang
Dalam praktek penalaran tidak semua
silogisme menggunakan bentuk standar, bahkan lebih banyak menggunakan bentuk
yang menyimpang. Bentuk penyimpangan ini ada bermacam-macam. Dalam logika,
bentuk-bentuk menyimpang itu harus dikembalikan dalam bentuk standar.
Contoh:
“Mereka yang akan dipecat semuanya
adalah orang yang bekerja tidak disiplin. Kamu kan bekerja penuh disiplin. Tak
usah takut akan dipecat”.
Bentuk standar:
“Semua orang yang bekerja disiplin
bukanlah orang yang akan dipecat.
Kamu adalah orang yang bekerja
disiplin.
Kamu bukanlah orang yang akan
dipecat”.
B . PENALARAN INDUKTIF
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah
dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu Penalaran Deduktif dan Penalaran
Induktif. Untuk minggu ini saya akan mencoba membahas tentang penalaran
Induktif.
Penalaran induktif merupakan
prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik
dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum.
Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif.
Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep
secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan
tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori
bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan
memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan
melakukan generalisasi.
Di dalam penalaran induktif terdapat
tiga bentuk penalaran induktif, yaitu generalisasi, analogi dan hubungan
kausal.
Jenis-jenis penalaran induktif
antara lain :
- Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contohnya
:
• Luna Maya adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Luna Maya adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
• Nia Ramadhani adalah bintang sinetron, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan “semua bintang sinetron berparas cantik” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh
kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.
- Analogi
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Analogi mempunyai 4 fungsi,antara lain :
a . Membandingkan beberapa orang yang memiliki sifat kesamaan.
b . Meramalkan kesaman.
c . Menyingkapkan kekeliruan.
d . klasifikasi
Contoh analogi :
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.
Demikian pula dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak berperasaan, ia akan sombong dan garang. Oleh karena itu, kita sebagai manusia apabila diberi kepandaian dan kelebihan, bersikaplah seperti padi yang selalu merunduk.