tugas ISD

Nama : Rahmat septiansyah
NPM : 15110579
Kelas : 1ka26

Tujuan pendidikan umum di perguruan tinggi adalah :


1. sebagai usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa agar mampu berperan sebgai anggota masyarakat dan bangsa serta agama

2. Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah dan kenyataan-kenyataan sosial yagn timbul di dalam masayrakat Indonesia

3. Memberikan pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu berpikir secara interdisipliner, dan mampu memahami pikiran para ahli berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dengan demikian memudahkan mereka berkomunikasi
Jadi pendidikan umum yang menitikberatkan pada usaha untuk mengembangkan kepribadian mahasiswa, pada dasarnya berbeda dengan
Ilmu Sosial Dasar.


*STUDI KASUS

MUTASI GURU

DAN MUTU PENDIDIKAN NASIONAL

Rendahnya mutu pendidikan Indonesia merupakan masalah klasik yang masih belum terpecahkan hingga saat ini. Pemerintah Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Salah satu program pemerintah yang memicu banyak kontroversi adalah Ujian Nasional (UN). Ada pihak yang mendukung namun tidak sedikit yang menentangnya.

Hasil UN oleh pemerintah dijadikan semacam indikator mutu pendidikan. Sekolah-sekolah pun berlomba-lomba untuk meningkatkan tingkat kelulusan mereka. Sayang seribu sayang tingkat kelulusan tidak berbanding lurus dengan mutu pendidikan. Hal ini terjadi karena sekolah-sekolah mau melakukan apa saja termasuk kecurangan pada sebelum dan pada saat ujian; asal tingkat kelulusan di sekolah mereka tinggi. Melihat fakta tersebut kita semua termasuk pemerintah, pendidik dan masyarakat masih mempunyai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama-sama.

Untuk UN tahun 2009 yang akan datang ada sebuah harapan yang mudah-mudahan akan benar-benar meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pasalnya ada komitmen sekolah-sekolah di Banjarmasin untuk tidak hanya menargetkan tingkat kelulusan yang tinggi tetapi juga tingkat kejujuran dalam pelaksanaan ujian. Target kejujuran ini diharapkan bisa mencapai seratus persen. Sebab apabila tingkat kejujuran di bawah seratus persen kita layak untuk prihatin dan khawatir bangsa ini akan dipimpin oleh orang-orang yang tidak jujur. Pendidikan hari ini merupakan cerminan keadaan bangsa ini pada masa yang akan datang.

Ketika berbicara mutu pendidikan tentu tidak dapat dilepaskan dengan peranan seorang guru atau pendidik. Guru adalah salah satu komponen penting dalam kemajuan pendidikan nasional. Walaupun peran guru sangat penting bagi kemajuan bangsa ini namun perhatian pemerintah masih relatif kurang. Memang ada niat baik dari pemerintah untuk lebih mensejahterakan para pendidik pada tahun anggaran 2009 yang akan datang sehingga profesi guru sejajar dengan profesi dokter, pengacara dan profesi-profesi bergengsi lainnya. Namun demikian para guru harus bersabar untuk menanti realisasi janji pemerintah.

Apabila nanti kesejahteraan para pendidik sudah memadai hal tersebut tidak menjamin bahwa mutu pendidikan nasional akan meningkat secara otomatis dan cepat. Peningkatan mutu pastinya akan memakan waktu yang tidak sebentar. Namun komitmen pemerintah yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan lebih memperhatikan kesejahteraan tenaga pendidik Insya Allah tidak akan berakhir sia-sia. Suatu saat kelak komitmen dan realisasi janji pemerintah akan membuahkan hasil yang manis yakni meningkatnya mutu pendidikan.

Seperti kita ketahui bersama mutu satu sekolah dengan sekolah lainnya masih terdapat jurang yang sangat dalam. Ini antara lain disebabkan kebijakan pemerintah yang menganakemaskan sekolah-sekolah tertentu dengan memberi label sekolah berstandar nasional/internasional dan memberikan anggaran yang lebih banyak kepada sekolah-sekolah tersebut. Masyarakat juga memiliki andil sehingga ada sekolah-sekolah favorit dan sisanya merupakan sekolah-sekolah yang dikategorikan sekolah pinggiran. Orang tua (yang memiliki kemampuan ekonomi yang baik) pada akhirnya hanya mau menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah yang berlabel unggul, favorit dan berstandar nasional/internasional.

Bukan hanya para orang tua yang berkeinginan ‘menuju’ sekolah unggul, favorit dan standar nasional/internasional para guru (biasanya guru yang berkualitas) juga beramai-ramai menuju sekolah tersebut baik karena keinginan pribadi atau karena perintah atasan. Akhirnya guru-guru berkualitas hanya akan menumpuk di sekolah-sekolah tertentu saja. Sedangkan di sekolah-sekolah pinggiran hanya ada guru-guru ‘sisa’ ditambah dengan anggaran yang kurang memadai maka lengkaplah penderitaan sekolah-sekolah tersebut.

Pemerintah harus menghentikan pengkategorian sekolah yang tidak sehat tersebut. Semua sekolah harus diberi perhatian dan bantuan yang sama karena siswa-siswa yang belajar semuanya adalah harapan bangsa penerus bangsa ini.

Di samping kesejahteraan guru ada hal penting lain yang terlupakan oleh pemerintah dalam hal ini dinas pendidikan agar terjadi peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan. Hal tersebut adalah mutasi tenaga pendidik. Selama ini ada seorang guru yang sejak awal bertugas sampai pensiun selalu mengabdi di sebuah sekolah yang sama. Hal ini sebenarnya merugikan dalam usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Manusia adalah makhluk dinamis yang selalu ingin bergerak dan berubah menuju hal-hal yang lebih baik. Itu merupakan fitrah manusia. Air yang mengalir tentu lebih baik daripada air yang diam. Diam mengakibatkan keburukan. Guru tentu tidak ingin hal-hal buruk atau negatif terjadi pada diri dan lingkungan mereka. Sehingga perubahan merupakan suatu kebutuhan.

Harus diakui mutasi guru bukanlah hal yang sederhana. Akan ada banyak masalah dan perlawanan dari para guru. Alasan tempat tugas baru yang jauh dari tempat tinggal sering menjadi alasan penolakan mutasi guru.

Menyikapi perlawanan dari para guru yang tidak mau dimutasi tersebut dinas pendidikan dapat membuat kebijakan yang bersifat win-win solution. Artinya mutasi guru tetap dapat terlaksana dan guru pun bahagia atau setidaknya tidak menderita dengan adanya mutasi tersebut. Karena tujuan mutasi guru ini antara lain penyegaran bagi para guru dan pemerataan bagi sekolah-sekolah.

Dinas pendidikan sudah saatnya membuat peta kualitas tenaga pendidiknya. Berdasarkan data tersebut dinas pendidikan dapat menyebar para guru berkualitas baik pada semua sekolah dan bukannya menumpuk guru-guru berkualitas pada satu sekolah tertentu saja. Guru-guru berkualitas ini diharapkan dapat menularkan ilmu-ilmu mereka kepada guru-guru yang masih kurang baik dari segi pengalaman maupun kemampuan.

Setelah dirasa cukup lama mengabdi di sebuah sekolah para guru dapat dimutasikan ke sekolah lainnya. Dinas pendidikan diharapkan dapat membuat formula yang adil baik bagi guru maupun bagi sekolah dalam program mutasi guru. Mutasi ini tentu bukan hal yang mudah bagi para pendidik. Sebagai langkah awal adalah perubahan tempat duduk para pendidik di kantor dewan guru yang terus diganti setiap semester atau setiap tahun. Semoga langkah kecil tersebut dapat ‘menyadarkan’ kita bahwa mutasi itu baik dan bermanfaat bagi guru dan mutu pendidikan nasional.


(REFERENSI)



OPINI:

menurut saya dilihat dari tujuan pendidikan umum dan studi kasus nya, dapat di tarik kesimpulan bahwa seharusnya ujian nasional itu tidak wajib di tentukan oleh pemerintah mengenai lulus atau tidak lulus nya seorang murid namun dikembalikan kepada sekolah nya masing-masing, karena para guru lah yang mengetauhi keseharian murid nya.. kalau misalkan masih berpatokan dengan ujian nasional sebagai penentu keluluisan seharus nya pra siswa yang mengikuti ujian nasional hanya di berikan materi pelajaran yang akan di keluarkan nanti nya agar mereka paham betul.



2.) 3 Kemampuan yang di harapkan dari lulusan pendidikan tinggi:


Pendidikan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan yang terdiri atas.
1. Kemampuan akademis; adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sitematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternative pemecahannya
Ilmu Sosial Dasar – ATA 07/08 Halaman 3 dari 6
2. Kemampuan professional; adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
3. Kemampuan personal ; adalah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, dan tingkah laku, dan tindakan yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
Dengan seperangkat kemampuan yang dimilikinya lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadai sarjana yang cakap, ahli dalam bidang yang ditekuninya serta mau dan mampu mengabdikan keahliannya untuk kepentingan masyarakat Indonesia dan umat manusia pada umumnya.


(REFERENSI)



*STUDI KASUS:

Lulusan Sarjana Terpaksa

Bersaing Dengan Lulusan SMA

Lulusan sarjana harus bersaing ketat dengan lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dalam mendapatkan pekerjaan. Hal itu disebabkan banyak pengusaha yang memilih mencari pegawai siap pakai dengan bayaran rendah. "Pengusaha lebih menyukai merekrut lulusan SMK dengan kompetensi siap pakai dan bayaran rendah, daripada lulusan sarjana dengan kompetensi siap latih dan bayaran tinggi," kata Retno Nartani, General Manager PT Bara Alam Utama pada studium general "Usaha Tambang Batubara", Rabu (31/3), di Aula Universitas Islam Bandung (Unisba) Jln. Tamansari Bandung.

Retno mengatakan, saat ini ada anggapan lulusan sarjana "manja" sehingga hanya siap latih, bukan siap pakai seperti lulusan SMK. Ketika belajar, siswa SMK lebih banyak praktik, sedangkan sarjana lebih banyak belajar mengenai teori dan tidak terlatih praktik di luar. "Banyak lulusan sarjana bersikap manja, dalam arti-ingin langsung dapat posisi bagus. Ada pikiran bahwa saya sarjana, jadinya malas belajar dan ketika dilatih tidak luwes," ujarnya.

Menurut Retno, lulusan sarjana ketika bekerja berharap menduduki posisi di atas. Padahal kenyataan di lapangan, mereka akan menjadi pekerja lapangan terlebih dahulu untuk penerapan perencanaan dan harus belajar berinteraksi dengan berbagai kalangan sehingga ketika membuat perencanaan akan lebih aplikatif.

Retno berpendapat, ada beberapa hal yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi lulusan sarjana sebagai pekerja siap pakai, yakni menguasai software tertentu, dapat berbahasa Inggris, dan berani mengambil tanggungjawab. Indeks prestasi (IP) tinggi kini bukan menjadi jaminan utama dapat diterima bekerja, sebab lulusan dengan IP tinggi sering kali lupa melatih dirinya sendiri yang menyebabkan muncul rasa egois. "Ada baiknya ketika kuliah, mahasiswa menjadi anggota himpunan atau organisasi kemahasiswaan," ucapnya.

(REFERENSI)

OPINI: Menurut saya tidak semua lulusan sarjana tu manja, lantaran mereka hanya dibekali teori saja dan bukan terjun ke lapangan langsung. dan wajar saja apabila luluisan SMK itu lebih banyak di terima oleh perusahaan lantaran mereka lebih banyak terjun ke lapangan daripada mendapatkan teori..

3. latar belakang di berikannya ISD

Latar belakang diberikannya ISD adalah banyaknya kritik yang ditujukan pada sistem pendidikan kita oleh sejumlah para cendikiawan, terutama sarjana pendidikan, sosial dan kebudayaan.

(REFERENSI)

STUDI KASUS :

Masalah Pendidikan Di Indonesia

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikandi Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.

Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globslisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan Negara lain.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan di dalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan Negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karana itu, kiata seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di Negara-negara lain.

Setelah kita amati, Nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Ada banyak penyabab mengapa mutu pendidikan di Indonesia, baik pendidikan formal maupun informal, dinilai rendah. Penyebab rendahnya mutu pendidikan yang akan kami paparkan kali ini adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran.

2.1 EFEKTIFITAS PENDIDIKAN DI INDONESIA

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna.

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah melaksanak pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dinaggap hebat oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunya kelebihan di bidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai kelebihan di bidang sosial dan dipaksa mangikuti program studi IPA akan menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

2.2 EFISIENSI PENGAJARAN DI INDONESIA

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaiman dapat meraih stendar hasil yang telah disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.

Jika kita berbiara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan bayaran untuk pendidik tersebut.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kami lihat bahwa pendidikan tatap muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan Negara lain. Dalam pendidikan formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, Karena peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan formal yang dinilai kurang.

Selain itu, masalah lain efisienfi pengajarn yang akan kami bahas adalah mutu pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang juga membutuhkan uang lebih.

Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta didik.

Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

2.3 STANDARDISASI PENDIDIKAN DI INDONESIA

Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses untuk menentukan standar yang akan diambil.

Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi. Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi, demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP)

Tinjauan terhadap sandardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.

Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar saja.

Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah didikuti oleh peserta didik.

Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita. Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.

(REFERENSI)

*OPINI :
menurut saya masalah pendidikan di indonesia ada positif dan negatif nya..
positif nya banyak orang - orang yang sukses lantaran semua kebutuhan terpenuhi, dari segi materi, gizi dan lain- lain sehingga menyebabkan banyak lulusan nya yang berkulitas.. dan ada juga negatif nya yaitu pendidikan bagi kalangan yang kurang mampu, seharus nya di berikan bantuan yang layak agar dapat memberikan hasil yang baik juga...

4. menjelaskan pengertian ISD

ISD adalah pengetahuan yg menelaah masalah2 sosial, khususnya masalah2 yg diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan Teori2 (fakta, konsep, teori) yg berasal dari berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu2 sosial (seperti Geografi Sosial, Sosiologi, Antropologi Sosial, Ilmu Politik, Ekonomi, Psikologi Sosial dan Sejarah) MK.

(referensi)


*studi kasus:

Kebijakan sumber daya alam, lingkungan dan pertanian
Indonesia beruntung memiliki sumber daya alam yang melimpah baik bahan tambang, hutan, pertanian, hasil laut, dan cahaya matahari yang sepanjang tahun. Untuk itu, sumber daya alam yang ada harus dikelola dengan baik bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan ekonomi rakyat (welfare). Sejauh ini Indonesia telah memanfaatkan banyak bahan tambang bagi pertumbuhan ekonomi seperti minyak bumi, batubara, gas, bijih besi, emas, nikel, timah dan lain sebagainya. Namun pemanfaatan sumber daya alam ini membawa dampak negatif (negative externalities) terhadap lingkungan berupa penggundulan hutan penghancuran bukit-bukit yang tentunya berdampak sangat negatif terhadap kondisi lingkungan. Disisi pertanian, walau banyak kemajuan yang dicatat Indonesia masih mengimpor beras, dan produk pertanian lain seperti kedele, dan hasil perkebunan (gula). Ditargetkan pada tahun 2009, Indonesia sudah dapat berswasembada beras dan gula.

(referensi)

*opini :
Menurut saya kekayaan negara kita seharusnya di kelola oleh kita agar keuntungan serta kerugian nya bisa dapat kita nikmati, dan jangan kita memberikan kepercayaan penuh kepda negara lain untuk mengelola hasil bumi kita, yang ada kita hanya di tipu dan di bodohi..












  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

tanpa judul

belom ada judulnya.. yang jelas buat tugas
silahkan berbingung ria yang melihat Blog GW
hahahahaha!!!!!!!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

ribet ahh pke judul,,,

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS